Kamis, 29 Oktober 2009

Kekuasaan Menurut French dan Raven

KEKUASAAN

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktifitas anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Didalam kepemimpinan terdapat adanya kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin terhadap karyawan, bawahan ataupun pengikutnya.

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).

Kekuasaan dapat dilihat dari dua sudut pandang. Yaitu kekuasaan yang bersifat positif dan kekuasaan yang bersifat negatif.

- Kekuasaan yang bersifat positif

merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat mempengaruhi dan merubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental.

- Kekuasaan yang bersifat negatif

Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental.

Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu :

1. Reward power (kekuasaan penghargaan)

Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan.

Contohnya : pemberian bonus bagi karyawan yang berhasil mencapai target yang telah ditentukan dalm suatu perusahaan.

2. Coercive power (Kekuasaan Paksaan)

Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Tipe koersif ini berlaku jika bawahan merasakan bahwa atasannya yang mempunyai ‘lisensi’ untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit, mencaci maki sampai kekuasaannya memotong gaji karyawan.

Contohnya : jika karyawan tidak dapat memenuhi target yang telah ditentukan dalam suatu perusahaan, maka akan dikenakan SP (surat keputusan).


3. Referent power (kekuasaan panutan)

Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ atau liking, dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkannya.

Contohnya: seorang pemimpin menunjuk satu orang bawahannya sebagai karyawan teladan agar dapat menjadi panutan bagi karyawan yang lain.


4. Expert power (kekuasaan keahlian)

Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diri pada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan.

Contohnya: seorang manajer yang member keputusan terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi, maka bawahannya akan mengikuti dikarenakan bawahan menganggap bahwa manajer lebih ahli dalam masalah tersebut.


5. Legitimate power (kekuasaan legitimasi)

Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual power), ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai cultural.

Contohnya: jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang lain setuju untuk mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.

Daftar Pustaka:

- http://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan

- http://kuliah.dagdigdug.com/2008/07/22/kekuasaan-dalam-organisasi-dan-beberapa-pendekatan/

0 komentar:

Posting Komentar